BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Banyak sekali penggunaan kalimat
yang kita gunakan tetapi kita tidak menyadari kalau penggunaan tersebut kurng
tepat dan hal tersebut tanpa kita sadari merubah makna , penulisan, dan
pengucapannya.
Seseorang yang mengetahui suatu kata
tetapi tidak mampu merangkanya berarti tidak mengetahui makna kata tersebut.
Dan hal itu bisa menyebabkan kesalahan dalam penulisan dalam kalimat. Pengaruh
bahasa asing dan bahasa daerah juga menjadi penyebab munculnya kesalahan dalam
penyusunan kalimat. Ditambah lagi dngan minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai tatabahasa Indonesia . maka tidak jarang seseorang merasa kesulitan
dalam membedakan kata baku dan tidak baku.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi Kata Baku dan tidak baku?
2.
Apa Definisi Kata Baku dalam berbagai sudut pandang?
3.
Apa ciri-ciri Kata Baku?
4.
Apa syarat kalimat baku?
5.
Apa ciri-ciri bahasa Indonesia yang baku?
6.
Apa saja peyebab ketidak bakuan kalimat?
7.
Bagaimana penulisan Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD)?
8.
Kriteria dalam segi apa sajakah sebuah kata dikatakan kata
baku?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Kata Baku dan Tidak Baku
Kata baku adalah kata yang
cara pengucapannya atau penulisannya sesuai dengan aidah yang dibakukan. Kaidah
standar yang dibakukan terebut dapat berupa pedoman Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), tata bahasa baku, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan kamus umum.
B.
Definisi Kata Tidak Baku
Kata Tidak Baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapannya.
Atu penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standat kata baku.
C.
Kata Baku Dalam Berbagai
Sudut Pandang
Berdasarkan sudut pandang informasi,
bahasa baku adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tentang ilmu
pengetahuan. Berdasarkan sudut pandang pengguna bahasa, ragam bahasa baku dapat
dibatasi dengan ragam bahasa yang lazim digunakan oleh penutur yang paling
berpengaruh, seperti ilmuan, pemerintah, tokoh masyarakat, dan kaum jurnalis
atau wartawan. Bahasa merekalah yang dianggap ragam bahasa baku.
Dari sudut pandang tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kata baku adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam situasi
formal atau resmi yang penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibakukan.
Kaidah standar yang diamaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD). Kriteria kata
baku atau Baku tidaknya sebuah kata dapat dilihat dari segi lafal, ejaan, gramatika,
dan “kenasionalan-nya.
D.
Ciri-Ciri Kata Baku
1.
Bukan merupakan ragam bahasa percakapan.
2.
Sesuai dengan konteks kalimat yang dipakai.
3.
Tidak terkontaminasi dan tidak rancu.
4.
Pemakaian imbuhan secara eksplisit.
E.
Syarat Kalimat Baku :
1. Logis
2. Tidak ada
unsur sia-sia (kata tidak diulang-ulang)
3. Tidak
terpengaruh bahasa daerah
4. Subyek jelas
F.
Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku
Menurut Buku “Teknik penulisan Karangan
Ilmiah karya Drs. Islachuddin Yahya, M.Pd. Ciri-ciri bahasa Indonesia yang baku
antara lain :
1.
Fonografi (bersistem eja bunyi)
2.
Aglutinatif (Dalam pembentukan kata kejadian bersistem penempelan
imbuhan pada bentuk dasarnya).
3.
Struktur kalimat bahasa Indonesia yang membayangkan pola : urutan
kata, makna kata, intonasi, dan situasi.
G.
Penyebab Ketidakbakuan Kalimat
1.
Pelesapan imbuhan
2.
Pelesapan awalan
Awalan yang sering
dilesapkan mengakibatkan kalimat yang terbentuk menjad i tidak baku ialah me- ,
men-, ber-, dan di-.
Contoh :
a.
Awalan Me-/Men-
Polisi terus mengusut kasus pembunuhan Sumanto (Baku)
Polisi usut terus kasus pembunuhan sumanto. (Tidak Baku)
b.
Awalan Ber-
Andi ingin bertanya tentang sesuatu (Baku)
Andi ingin tanya tenteng
sesuatu. (Tidak Baku)
c.
Awalan di-
Seorang pencuri dihukum satu tahun (Baku)
Seorang pencuri hukum satu tahun (Tidak Baku)
3.
Pelesapan Akhiran
Ada dua akhiran yang penggunaanya dilesapkan, yaitu akhiran -kan
dan -i. yang bisa mengakibatkan kalimat menjadi tidak baku.
Contoh:
a.
Akhiran –kan
Mereka memperlihatkan kebaikannya. (Baku)
Mereka memperlihat kebaikannya (Tidak baku)
b.
Akhiran –i
Kami saling mencintai. (Baku)
Kami saling mencinta. (Tidak Baku)
4.
Pemborosan Penggunaan Kata
5.
Pemborosan kata di mana, daripada, di dalam, dalam, kepada, dari,
maka,
Contoh : Tempat ditemukannya benda itu sudah dicatat. (Baku)
Tempat di mana
ditemukannya benda itu telah dicatat. (Tidak Baku)
Peta itu merupakan bagian
kabupaten Gresik. (Baku)
Peta itu merupakan bagian daripada
kabupaten Gresik. (Tidak Baku)
Anak itu menulis karangan. (Baku)
Anak itu menulis dalam
karangan. (Tidak Baku)
Hadirin dimohon berdiri. (Baku)
Kepada
hadirin dimohon berdiri.
Hasil selama lima tahun menunjukkan bahwa jumlah kendaraan dan Kota
Gresik melebihi fasilitas jalan. (Baku)
Dari hasil selama
lima tahun menunjukkan bahwa jumlah kendaraan dan Kota Gresik melebihi fasilitas
jalan. (Tidak Baku)
Dengan ini kami sampaikan data seorang ibu dari kelurahan kota baru.
(Baku)
Maka dengan ini
kami haturkan data seorang ibu dari kelurahan kota baru. (Tidak Baku)
6.
Ketidaktepatan pemilihan kata
7.
Penggunaan Kata Bahasa Jawa
8.
Penggunaan Kata Yang termasuk ragam tidak baku
Contoh : Baku :Ia sedang membuat rak buku
Tidak Baku : Ia sedang membikin rak buku
9.
Kesalahan Pembentukan Kata
10.
Ketidaktepatan Penggunaan bentuk – nya
Contoh : Baku :Atas bantuan saudara , kami ucapkan terima kasih.
Tidak Baku : Atas bantuannya, kami ucapkan terima kasih.
11.
Penggunaan Konjungsi Ganda
Contoh : Karena sakit ia tidak masuk kelas (Baku)
Karena sakit . Maka
ia tidak masuk kelas (Tidak Baku)
Meskipun kita
tidak berperang , kita harus waspada.
Meskipun kita
tidak berperang , tetapi kita harus waspada.
Walaupun
keringat membasahi seluruh badan , ia tetap bekerja
Walaupun
keringat membasahi seluruh badan , namun ia tetap bekerja.
12.
Kesalahan Ejaan
Contoh: Kemaren, apotek,
Koprasi, maniz, senen, kemis, dll
Contoh
kalimat yang tidak baku dan sering kita jumpai di gang yaitu "Naik
kendaraan harap turun". Tentu kalimat tersebut tidak baku, karena ada
perintah yaitu "naik kendaraan" dan ada permohonan yaitu "harap
turun". Kalimat tersebut bertentangan tentunya, pembetulannya yaitu
"Pengendara kendaraan harap turun".
Contoh lain misalnya
"Dalam rapat itu membicarakan masalah pendidikan",
pembetulannya yaitu "Dalam rapat itu dibicarakan masalah
pendidikan"
Contoh lain, yaitu yang
sering terjadi dalam sebuah acara kata "Waktu dan tempat kami
persilakan", yang dipersilakan adalah waktu dan tempat. Tapi tidak ada
subyeknya, pembetulan kalimat tersebut adalah "Saudara Didin kami
persilakan".
Ada juga kata imbuhan yang sering kita gunakan, namun belum tepat
dalam memberi imbuhan.
Syarat kata berimbuhan :
1. Kata yang diawali dengan huruf depan "S",
"K", "P", dan "T" akan meluluh jika diberi
imbuhan.
2. Kata dengan huruf depan kluster atau konsonan rangkap dengan imbuhan
"me-" maka akan tetap.
3. Kata terdiri atas satu suku kata.
Misalnya sebagai berikut :
a. Kata sukses diberi imbuhan "me-" menjadi
"menyukseskan", tidak "mensukseskan". Karena huruf depan
dari kata sukses adalah "S", jadi kalau diberi imbuhan
"me-" huruf "S" akan meluluh.
b. Kata "pesona" diberi imbuhan "me-" menjadi
"memesona", tidak "mempesona". Karena huruf depan dari kata
pesona adalah "P", jadi kalau diberi imbuhan "me-" huruf
"P" akan meluluh.
c. Kata "protes"
diberi imbuhan "me-" menjadi "memprotes", tidak
"memrotes". Karena huruf depan dari kata protes adalah
"PR", jadi kalau diberi imbuhan "me-" huruf "PR"
akan tetap dan tidak meluluh
H.
Penulisan Ejaan Yang Disempurnakan(EYD)
Ejaan ini merupakan
penyempurnaan dari ejaan-ejaan sebelumnya. Ejaan ini mulai berlaku pada tanggal
17 Agustus 1972 dan bertujuan untuk menyeragamkan penulisan bahasa Indonesia menuju
ke arah pembakuan dan standarisasi ejaan.
1.
Tanda Titik
a.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan aau
seruan. Contoh : Ayah pergi ke Surabaya. Dia adalah ibuku.
b.
Tanda titik Dipakai pada
akhir singkatan nama orang.
Contoh : M. H. Azhar, M. Syafi’uddin, Abu Tholib B.T., Mufti A..
c.
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar.
Contoh : Drs. Humam Azhar, Prof.
Syafi’uddin, Dr. Mufti , H. Abu Tholib
d.
Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
sagat umum. Contoh : a.n. (atas nama) s.d. (sampai dengan) dll. (dan
lain-lain).
e.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,menit, dan detik.
Pukul 7.29.35 (7 jam lewat 29 menit
lewat 35 detik)
f.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya. Contoh : 35.000 santri, 188.089 jiwa meninggal, dll.
2.
Tanda Koma.
a.
Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pengembangan. Contoh : Abu membeli kitab, pulpen, dan penghapus.
b.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
didahului oleh kata seperti “tetapi” dan “melainkan”.
Contoh : Didin tidak berhenti sekolah, melainkan meneruskan di INKAFA
c.
Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seru yang
terdapat diawal kalimat. Contoh: Wah, sungguh seru menjadi mahasiswa KPI.
d.
Tanda koma dipakai antara kalimat surat, tempat tanggal
pembuatan surat, yang ditulis berurutan.
e.
Tanda koma dipakai antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan nama atau marga.
Contoh: Humam Azhar, S.Kom.I. M.Ag. Mufti Al-Chakim, M.Pd.I
f.
Tanda koma dipakai unuk memisahkan kutipan langsung dari
bagian lain dalam kalimat. Contoh : Kata Abu,”Kalian harus rajin belajar.”
3. Singkatan
dan Akronim
a.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat diikuti tanda titik. Contoh : Moh. Syafi’uddin, Bpk. Abu Tholib, M. Sc.
b.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdiri dari huruf kapital tidak diikuti dengan
tanda titik. Contoh : DPR SMA KTP GBHN
c.
Singkatan umum yang terdiri dari 3 huruf kecil diikuti
satu tanda titik. Contoh : Yth. hlm. dst.
d.
Singkatan yang bisa dilafalkan seperti kata(Akronim) yang
berupa berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan
hurf kapital. Contoh : ABRI MAN SIM SMEA
e.
Akronim yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh : Akabri, Depag, Puskesmas, dll.
I. Kata Baku Dalam Berbagai Segi
a.
Baku dari Segi Lafal
Lafal baku bahasa Indonesia adalah lafal yang
tidak “menampakkan” lagi ciri-ciri bahasa daerah atau bahasa asing. Lafal yang
tidak baku dalam bahasa lisan pada gilirannya akan muncul pula dalam bahasa
tulis karena penulis terpengaruh oleh lafal bahasa lisan itu. Contoh Enem-Enam,
Gubug-gubuk, dudu’-duduk dll.
b. Baku dari Segi Ejaan
Ejaan bahasa Indonesia yang baku telah diberlakukan sejak 1972.
Nama Ejaan Bahasa Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (disingkat EYD). Oleh
karena itu, semua kata yang tidak ditulis menurut kaidah yang diatur dalam EYD
adalah kata yang tidak baku. Yang ditulis sesuai dengan aturan EYD adalah kata
yang baku. Contoh :
ekpres,espres-ekspres, komplek-kompleks,sistim-system, do’a-doa,jum’at-Jumat,
jadual-jadwal nasehat-nasihat, apotik-apotek, kwalitas,kwalitet=kualitas, kosa
kata=kosakata, wali kota=walikota, aktip-aktif, standardisasi=standarisasi,
sub-judul=subjudul, dll.
c. Baku
dari Segi Gramatikal
Secara
gramatikal kata-kata baku ini harus dibentuk menurut kaidah-kaidah gramatika.
Contoh : Beliau ngontrak rumah di Gresik. Gubernur tinjau daerah
longsor. Dia punya kedudukkan penting di kantor itu. Tolong bikin
bersih ruangan ini.
d. Baku dari Segi
Nasional
Kata-kata yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat “nasional”
hendaknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah. Kalau kata-kata dari bahasa
daerah itu sudah bersifat nasional,
artinya, sudah menjadi bagian dari kekayaan kosakata bahasa Indonesia
boleh saja digunakan.
Contoh : lempeng-lurus, ndak, nggak-tidak,
banget-sekali,sangat
Semrawut-kacau, manut-menurut, mudun-turun,
ngomong-bicara, dll.
e. Baku
dari Bahasa Asing
Kata
serapan dari bahasa asing disebut baku kalau ejaannya telah dibuat menurut
pedoman penyesuaian ejaan bahasa asing seperti yang disebutkan dalam EYD maupun
dalam buku Pedoman Pembentukan Istilah.
Contoh : standard-standar, standardisasi-standarisasi,
kolektip-kolektif certifikat-sertifikat, analisa-analisis, kwantitas-kuantitas,
konsekwen-konsekuen, dll.
Namun,
perlu diperhatikan penyesuaian dari bahasa asing yang tidak ditulis dengan
huruf latin (seperti bahasa Arab dan bahasa cina) ada yang disebut transkripsi
dan tranliterasi. Transkripsi adalah penulisan sesuai dengan “bunyi”, sedangkan
transliterasi adalah penyesuaian huruf demi huruf. Umpamanya, dari bahasa Arab
secara transkripsi ditulis attakwa, arrahman, annisa; dan secara transliterasi
ditulis al-taqwa, al-rahman, dan al-nisa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata baku adalah kata-kata yang lazim digunakan
dalam situasi formal atau resmi yang penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah
yang dibakukan. Kaidah standar yang diamaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD).
Kriteria kata baku atau Baku tidaknya sebuah kata dapat dilihat dari segi
lafal, ejaan, gramatika, dan “kenasionalan-nya.Kalimat baku harus logis, subyek
jelas, tidak ada unsur sia-sia, dan tidak terpengaruh bahasa daerah. Definisi baku dibedakan dari segi lafal, ejaan, gramatikal, nasional,dan
segi bahasa asing. Adapun sebab-sebab ketidak bakuan diantaranya adalah kesalahan
dalam pelesapan imbuhan awalan dan akhiran, pemborosan kata, pengunaan bahasa
jawa, kesalahan pembentukan kata, dan ketidaktepatan pemilihan kata
Kata
baku memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan konteks kalmat yang dipakai, tidk
tekontaminasi, tidak rancu, eksplisit, dan tidak termasuk daalam ragam
percakapan
B. Saran
Sebaiknya kita lebih peka dalam menggunakan bahasa indonesia agar
sesuai dengan kaidah yang diberlakukan. Disamping mempertahankan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku, juga sebagai bahasa kebanggaan kita karena mampu menyatukan ribuan
pulau dan etnis dari sabang sampai merauke.
DAFTAR PUSTAKA
Yahya,Islachuddin.
2008. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya:
Ridwan. 2013. Pengertian
Kata Baku Menurut Para Ahli. Diakses tanggal 19 November 2013 (http://ridwankreatif.blogspot.com/2013/05/kata-baku.html)
Tak diketahui, 2012.Pembacaan Sesuai EYD, Kata dan Kalimat Baku.
(http://sakarepeatimu.blogspot.com/2012/10/pembacaan-sesuai-eyd-kata-dan-kalimat.html)